Skip to main content

Stres Oksidatif dan Antioksidan

Kita sering mendengar tentang stres yang bisa memicu berbagai macam penyakit. Stres berperan dalam banyak hal yang tentunya merugikan bagi tubuh kita. Selain stres, dalam dunia medis khususnya farmasi kita sangat sering mendengar senyawa dengan kandungan antioksidan. Bahkan didalam iklan yang sering ditayangkan di televisi juga sering terdengar promosi yang menyatakan bahwa obat-obat herbal tersebut memiliki kandungan antioksidan yang baik bagi tubuh. Pertama-tama kita akan membahas mengenai stres oskidatif. Apa itu stres oksidatif ?         Menurut wikipedia, stres oksidatif adalah keadaan di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya . Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan koval...

Antihistamin

Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1. Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.
Berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin, antihistamin dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Antagonis Reseptor Histamin H1
Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.

 2. Antagonis Reseptor Histamin H2
Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
 

3. Antagonis Reseptor Histamin H3
Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.

4. Antagonis Reseptor Histamin H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida.
Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.
Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
Menurut struktur kimianya antihistaminika dapat dibagi dalam beberapa kelompok yaitu sebagai berikut :

1.      DERIVAT ETANOLAMIN (X=O) 
a. Difenhidramin
Di samping daya antikolinergik dan sedative yang kuat, antihistamin ini juga bersifat spasmolitik, anti-emetik dan antivertigo (pusing-pusing). Berguna sebagai obat tambahan pada Penyakit Parkinson, juga digunakan sebagai obat anti-gatal pada urticaria akibat alergi.
         2-metildifenhidramin = orfenadrin (Disipal, G.B.)
Dengan efek antikolinergik dan sedative ringan, lebih disukai sebagai obat tambahan Parkinson dan terhadap gejala-gejala ekstrapiramidal pada terapi dengan neuroleptika.
4-metildifenhidramin (Neo-Benodin®)
Lebih kuat sedikit dari zat induknya. Digunakan pada keadaan-keadaan alergi pula.
         Dimenhidrinat (Dramamine, Searle)
Adalah senyawa klorteofilinat dari difenhidramin yang digunakan khusus pada mabuk perjalanan dan muntah-muntah sewaktu hamil.
         Klorfenoksamin (Systral, Astra)
Adalah derivate klor dan metal, yang antara lain digunakan sebagai obat tambahan pada Penyakit Parkinson.
         Karbinoksamin : (Polistin, Pharbil)
Adalah derivat piridil dan klor yang digunakan pada hay fever.
b. Kiemastin
      Memiliki struktur yang mirip klorfenoksamin, tetapi dengan substituent siklik (pirolidin). Daya antihistaminiknya amat kuat, mulai kerjanya pesat, dalam beberapa menit dan bertahan lebih dari 10 jam. Antara lain mengurangi permeabilitas dari kapiler dan efektif guna melawan pruritus alergis (gatal-gatal)..

2.      DERIVAT ETILENDIAMIN (X=N)
Obat-obat dari kelompok ini umumnya memiliki data sedative yang lebih ringan.
         Antazolin : fenazolin, antistin (Ciba)
Daya antihistaminiknya kurang kuat, tetapi tidak merangsang selaput lender. Maka layak digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung (selesma) sebagai preparat kombinasi dengan nafazolin (Antistin-Privine, Ciba).
         Tripelenamin (Tripel, Corsa-Azaron, Organon)
kini hanya digunakan sebagai krem 2% pada gatal-gatal akibat reaksi alergi (terbakar sinar matahari, sengatan serangga, dan lain-lain).
         Mepirin (Piranisamin)
Adalah derivate metoksi dari tripelenamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feniramin dan fenilpropanolamin (Triaminic, Wander) pada hay fever..
         Klemizol ( Allercur, Schering)
Adalah derivate klor yang kini hanya digunakan dalam preparat kombinasi anti-selesma (Apracur, Schering) atau dalam salep/suppositoria anti wasir (Scheriproct, Ultraproct, Schering).

3.      DERIVAT PROPILAMIN (X=C)
Obat-obat dari kelompok ini memiliki daya antihistamin kuat. 
a. Feniramin
      Zat ini berdaya antihistamink baik dengan efek meredakan batuk yang cukup baik, maka digunakan pula dalam obat-obat batuk. Contohnya adalah :
         Klorfenamin (Klorfeniramin. Dl-, Methyrit, SKF)
Adalah derivate klor dengan daya 10 kali lebih kuat, sedangkan derajat toksisitasnya praktis tidak berubah. Efek-efek sampingnya antara lain sifat sedatifnya ringan
         Bromfeniramin (komb.Ilvico, Merck)
Adalah derivate brom yang sama kuatnya dengan klorfenamin, padamana isomer-dextro juga aktif dan isomer-levo tidak. Juga digunakan sebagai obat batuk.
      b. Tripolidin : Pro-Actidil
Derivat dengan rantai sisi pirolidin ini berdaya agak kuat, mulai kerjanya pesat dan bertahan lama, sampai 24 jam (sebagai tablet retard).

4.      DERIVAT PIPERAZIN
            Obat-obat kelompok ini tidak memiliki inti etilamin, melainkan piperazin. Pada umumnya bersifat long-acting, lebih dari 10 jam. 
a. Siklizin
Mulai kerjanya pesat dan bertahan 4-6 jam lamanya. Terutama digunakan sebagai anti-emetik dan pencegah mabuk jalan. Namun demikian obat-obat ini sebaiknya jangan diberikan pada wanita hamil pada trimester pertama.
         Meklozin (Meklizin, Postafene/Suprimal®)
adalah derivat metilfenii dengan efek lebih panjang, tetapi mulai kerjanya baru sesudah 1-2 jam. Khusus digunakan sebagai anti-emetik dan pencegah mabuk jalan.
         Buklizin (longifene, Syntex)
Adalah derivate siklik dari klorsiklizin dengan long-acting dan mungkin efek antiserotonin. Disamping anti-emetik,juga digunakan sebagai obat anti pruritus dan untuk menstimulasi nafsu makan.
         Homoklorsiklizin (homoclomin, eisai)
Berdaya antiserotonin dan dianjurkan pada pruritus yang bersifat alergi.
      b. Sinarizin
Derivat cinnamyl dari siklizin ini disamping kerja antihistaminnya juga berdaya vasodilatasi perifer. Sifat ini berkaitan dengan efek relaksasinya terhadap arteriol-arteriol perifer dan di otak (betis,kaki-tangan) yang disebabkan oleh penghambatan masuknya ion-Ca kedalam sel otot polos. Mulai kerjanya agak cepat dan bertahan 6-8 jam, efek sedatifnya ringan. Banyak digunakan sebagai obat pusing-pusing dan kuping berdengung (vertigo, tinnitus).
         Flunarizin (Sibelium, Jansen)
Adalah derivat difluor dengan daya antihistamin lemah. Sebagai antagonis-kalsium daya vasorelaksasinya kuat. Digunakan pula pada vertigo dan sebagai pencegah migran.

5.      DERIVAT FENOTIAZIN
Senyawa- senyawa trisiklik yang memiliki daya antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat dan seringkali berdaya sentral kuat dengan efek neuroleptik.
      a. Prometazin
Antihistamin tertua ini (1949) digunakan pada reaksi-reaksi alergi akibat serangga dan tumbuh-tumbuhan, sebagai anti-emetik untuk mencegah mual dan mabuk jalan. Selain itu juga pada pusing-pusing (vertigo) dan sebagai sedativum pada batuk-batuk dan sukar tidur, terutama pada anak-anak.
Efek samping yang umum adalah kadang-kadang dapat terjadi hipotensi,hipotermia(suhu badan rendah), dan efek-efek darah (leucopenia, agranulocytosis)
         Tiazinamium (Multergan, R.P.)
Adalah derivat N-metil dengan efek antikolinergik kuat, dahulu sering digunakan pada terapi pemeliharaan terhadap asma.
         Oksomemazin (Doxergan, R.P.)
Adalah derivat di-oksi (pada atom-S) dengan kerja dan penggunaan sama dengan prometazin, antara lain dalam obat batuk.
         Alimemazin (Nedeltran®)
Adalah analog etil denagn efek antiserotonin dan daya neuroleptik cukup baik. Digunakan sebagai obat untuk menidurkan anak-anak, adakalanya juga pada psikosis ringan.
         Fonazin (Dimetiotiazin)
Adalah derivat sulfonamida dengan efek antiserotonin kuat yang dianjurkan pada terapi interval migraine.
      b. Isotipendil
Derivat aso-fenotiazin ini kerjanya pendek dari prometazin dengan efek sedatif lebih ringan.
         Mequitazin (Mircol, ACP)
Adalah derivat prometazin dengan rantai sisi heterosiklik yang mulai kerjanya cepat, efek-efek neurologinya lebih ringan. Digunakan pada hay fever, urticaria dan reaksi-reaksi alergi lainnya.
         Meltidazin (Ticaryl, M.J.)
Adalah derivat heterosiklik pula (pirolidin) dengan efek antiserotonin kuat. Terutama dianjurkan pada urticaria.

Mekanisme Kerja Antihistamin :
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.


Sumber :
http://www.alodokter.com/antihistamin
http://agungrakhmawan.wordpress.com/anti-histamin/
http://arintaantihistamin.blogspot.co.id/
http://obatantihistamin.blogspot.co.id/2010/12/obat-antihistamin.html 

Pertanyaan :
1. Apa saja efek samping dari penggunaan antihistamin dan efek samping apa yang paling serius ?
2. Apa saja contoh dari antihistamin generasi pertama dan generasi kedua?
3. Apakah obat antihistamin boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui ?
4. Apakah antihistamin dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan ?
5. Apakah antihistamin dapat menimbulkan overdosis ? Jika iya, bagaimana gejala over dosis tersebut?
6. Bagaimana interaksi antihistamin dengan obat lain dan makanan ?
7. Apakah antihistamin aman digunakan pada bayi ? Jika iya, berapa dosis aman tersebut ? 

Comments

  1. Hai cin saya akan mencoba menjawab pertanyaan no6.
    Antihistamin merupakan obat anti alergi yang digunakan untuk mengatasi atau mencegah gejala flu, demam dan alergi. Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat atau membatasi histamine yang dilepas oleh tubuh jika seseorang terpapar dengan senyawa yang dapat menyebabkan alergi. Anti histamin ada yang dapat dibeli bebas antara lain,, Bromfeniramin, khlorfeniramin, difenhidramin. Antihistamin harus dengan resep dokter. Feksofenadin, loratadin, cetirizin, interaksi dengan Makanan : dianjurkan minum obat antihistamin dalam keadaan perut kosong untuk meningkatkan efek obat.



    Buah grapefruit (termasuk dalam kelompok citrus/jeruk) : hindari minum Terfenadin bersama jus grapefruit karena dapat meningkatkan terjadinya peningkatan efek samping kardiotoksisitas akibat terjadinya peningkatan kadar obat dalam tubuh terutama pada penderita dengan resiko tinggi.



    Alkohol : konsumsi bersama alkohol akan meningkatkan efek samping mengantuk dan mengurangi kewaspadaan.

    Kafein (kopi, teh) dapat mengurangi efek mengantuk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya akan menambahkan dari grapefruit dengan terfenadin. Jadi, seperti yang telah dijelaskan, grapefruit juice + terfenadin dapat meningkatkan kadar obat terfenadin dalam darah. Karena grapefruit juice sendiri dapat menghambat enzim CYP3A4 dalam darah.

      Delete
  2. hai cin saya akan menjawab soal no 2 obat generasi ke-1: prometazin, oksomemazin, tripelennamin, (klor) feniramin, difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin (periactin), azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen (Zaditen), dan oksatomida (Tinset).
    Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergis

    b.Obat generasi ke-2: astemizol, terfenadin, dan fexofenadin, akrivastin (Semprex), setirizin, loratidin, levokabastin (Livocab) dan emedastin (Emadin).

    ReplyDelete
  3. saya akan memberikan pendapat saya mengenai jawaban interaksi anti histamin dengan obat dan makanan,seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa antihistamin terbagi atas bermacam jenis berdasarkan cara kerjanya ,maka dari itu interaksi antara obat dan makanannya pun berbeda

    contohnya pada Loratadin yang merupakan turunan pertama anti histamin jika berinteraksi dengan cimetidine, erythromycin, ketoconazole, clarithromycin, quinidine, fluconazole, fluoxetine akan meningkatkan konsentrasi inhibitor dalam darah .Dan untuk interaksi dengan makanannya adalah alkohol makan mengakibatkan menurunkan konsentrasi puncak dan penurunan bioavaibilitas dalam darah

    Sedangkan pada Cetirizin yang merupakan turunan kedua histamin yang bila berinteraksi dengan obat sedativ akan mengakibatkan depresi aditif CNS sedangkan untuk interaksi dengan makanan yaitu alkohol akna menyebabkan penurunan bioavaibilitas

    jadi secara umum antihistamin memiliki interaksi obat dengan oabt sedativ dan berinteraksi dengan alkohol

    ReplyDelete
  4. Jenis-jenis antihistamin generasi pertama antara lain clemastine, alimemazine, chlorphenamine, cyproheptadine, hydroxyzine, ketotifen dan promethazine.
    Jenis-jenis antihistamin generasi kedua antara lain fexofenadine, levocetirizine, loratadine, mizolastine acrivastine, cetirizine, dan desloratadine.

    ReplyDelete
  5. nmr 1
    Beberapa efek samping yang mungkin umum terjadi setelah mengonsumsi obat antialergi ini adalah:
    Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.

    efek smping paling parah mnrt saya jika salah mnggunakan obat atau resisten sehingga mmbuat alergi mnjdi lebih menyebar

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar apa yang disampaikan kak ana, namun untuk saat ini dilakukan pengembangan obat antihistamin ini rata-rata untuk mengurangi efek samping terutama efek mengantuk yang ditimbulkan. seperti AH 1 generasi ke 2 yang efek mengantuknya lebih rendah dari generasi 1

      Delete
    2. saya ingin menambahkan, berdasarkan artikel yang saya baca, efek samping obat antihistamin ini juga dapat menyebabkan diskaria walaupun jarang terjadi, ruam dan sensitiasi

      Delete
    3. saya akan menambahkan jawaban no 1
      menurut artikel yang saya baca ,terjadi pada 15 -25% pasien yang di beri antihistamin, dengan derajat intensitas yang berada secara individual. (Imam Budi: 2008)
      Depresi atau stimulasi susunan saraf pusat
      Depresi susunan saraf pusat berupa sedasi bahkan sampai spoor sering menggangu aktivitas sehari-hari, teqadi pada pemakaian golongan amino alkil ether dan phenothiazine, tolerans terhadap efek sedasi dapat terjadi setelah beberapa hari pemberian.
      Efek terhadap susunan syaraf pusat yang lain dizinus, tinnitus, gangguan koordinasi, konsentrasi berkurang dan gangguan penglihatan/ diplopia.
      Stimulasi susunan saraf pusat berupa nervous, irritable, insomnia dan tremor dapat terjadi pada pemakaian golongan alkylamine.
      efek anti kolinergik berupa : retensi urine, disuri, impotensia dan mulut/ mukosa kering dapat terjadi pada pemakaian golongan amino ethyl ether, phenothrazine dan piperazine.
      Hipotensi dapat terjadi pada pemberian anti histamine intravena yang terlalu cepat.
      Dermatitis, erupsi obat menetap, fotosensitisasi, urtikaria dan patechiae di kulit terutama setelah pemakaian secara topical.
      Keracunan akut terutama pada anak anak seperti keracunan atropine berupa
      halusinasi, ataksia, gangguan koordinasi, konvulsi dan efek entikolinergik (flusing, pupil lebar, febris).

      Delete
  6. nmr 3
    mnrt saya jgn gunakan obat ini utk ibu hamil atau menyusui krn akan berdampak buruk utk tumbuh kembang bayi atau janin

    ReplyDelete
    Replies
    1. yak me too , setuju sama ana karena mengingat dan mempertimbangkan organ organ bayi/ janin yang belum terbentuk sempurna sebaiknya dihindari masuknya obat yang juga dapat bersifat toksik

      Delete
    2. tapi menurut saya ada beberapa obat antihistamin yang aman untuk ibu menyusui dan ibu hamil , dan untuk ibu hamil dan menyusui penggunaan dosisnya disesuaikan lagi agar tidak membahayakan janin dan bayi karena obat ini tidak dikonsumsi dalam jangka panjang dan hanya di konsumsi saat alergi jika alerginya telah hilang biasanya pemakaian obatnya bisa di hentikan

      Delete
    3. Misalnya seperti obat apa ya tania ?

      Kalau berdasarkan pendapat ana sama soya berarti d simpulkan kalau obat antihistamin dapat termetabolisme melalui ASI, benar ?
      Lalu kalau untuk ibu hamil apakah nanti obat ini dapat menyebabkan bayi lahir prematur ya ?

      Delete
    4. ya aya setuju dengan pendapat ana dan soii i ya, sebaiknya obat2 AH jangan diberikan pada ibu hamil dan menyusui, karena dikhawatirkan akan menimbulkan efek toksik yg membahayakan janin da bayi (ASI)

      Delete
    5. menurut saya obat antihistamin yang aman untuk ibu hamil dan menyusui seperti ctm dan cetirizine

      Delete
    6. ya, saya setuju dengan risma, dari yang saya dapatkan, cetirizine dan CTM cukup aman bila digunakan oleh ibu hamil asalkan dengan penyesuaian dosis dan atas anjuran dokter.

      Tapi sebaiknya, jika tidak terlalu diperlukan sebaiknya dihindari penggunaan obat-obatan ada ibu hamil

      Delete
  7. nmr 4
    utk ketergantungan bs saja trjdi jika trs di lakukan bs berefek berbahaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya setuju, karena apabila penggunaan obat tidak dengan dosis dan cara yg tepat maka dpt menimbulkan efek negatif bagi tubuh, mulai dr merusak organ hingga kematian

      Delete
  8. nmr 7
    mnrt saya tdk bole sembarangan mnggunakan obat trgolong keras utk bayi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Penggunaan antihistamin tidak disarankan untuk anak <6 tahun, apalagi pasien bayi

      Delete
    2. menurut artikel yang saya baca tidak semua antihistamin bisa digunakan pada bayi tetapi dari artikel yang saya baca untuk antihistamin golongan 1 yang aman digunakan pada bayi usia >1 bulan adalah promethazine, sedangkan untuk generasi ke 2 dan 3 hanya bisa digunakan untuk anak usia 2 tahun. untuk dosisinya bisa disesuaikan lagi dengan mengkonversikan dosis ke /kgbb bayi

      Delete
  9. interaksi obat antihistamin dengan makanan dan minuman:
    Antihistamin merupakan obat anti alergi yang digunakan untuk mengatasi atau mencegah gejala flu, demam dan alergi. Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat atau membatasi histamine yang dilepas oleh tubuh jika seseorang terpapar dengan senyawa yang dapat menyebabkan alergi. Anti histamin ada yang dapat dibeli bebas antara lain,, Bromfeniramin, khlorfeniramin, difenhidramin. Antihistamin harus dengan resep dokter. Feksofenadin, loratadin, cetirizin, interaksi dengan Makanan : dianjurkan minum obat antihistamin dalam keadaan perut kosong untuk meningkatkan efek obat.

    Buah grapefruit (termasuk dalam kelompok citrus/jeruk) : hindari minum Terfenadin bersama jus grapefruit karena dapat meningkatkan terjadinya peningkatan efek samping kardiotoksisitas akibat terjadinya peningkatan kadar obat dalam tubuh terutama pada penderita dengan resiko tinggi.

    Alkohol : konsumsi bersama alkohol akan meningkatkan efek samping mengantuk dan mengurangi kewaspadaan.

    Kafein (kopi, teh) dapat mengurangi efek mengantuk.

    ReplyDelete
  10. Hai Chindiana
    Terkait pertanyaan no 5, over dosis dapat terjadi. Contohnya pada obat cetirizin.
    OVER DOSIS : Mengantuk dapat menjadi gejala overdosis, akibat mengkonsumsi 50 mg sebagai dosis tunggal. Pada anak-anak, bisa terjadi agitasi (gelisah). Apabiia terjadi overdosis, pengobatan diiakukan pada gejalanya atau pendukungnya, bisa disarankan untuk menggunakan obat pencernaan secara bersamaan. Hingga saat ini, tidak ada antidot yang khusus.

    ReplyDelete
  11. Antihistamin dapat terjadi overdosis jika dosis yang diberikan berlebihan. Misalnya, jika terjadi overdosis obat astemizol atau terfenadin dapat menyebabkan aritmia jantung. Oleh karena itu, obat ini tidak lagi dipasarkan di Amerika Serikat (Katzung, et al., 2013).

    ReplyDelete
  12. Hai kakak, saya mau membantu menjawab permasalahan no. 2
    Antagonis-H1 generasi pertama
    1. Turunan eter aminoalkil
    - Difenhidramin HCI
    - Dimenhidrinat
    - Karbinoksamin maleat
    - Korfenoksamin HCl
    - Klemastin fumarat
    - Piprinhidrinat

    2. Turunan etilendiamin
    - Tripelenamin HCI,
    - Antazolin HCl
    - Mebhidrolin nafadisilat

    3. Turunan alkilamin
    - Feniramin maleat
    - Klorfeniramin maleat
    - Dimetinden maleat

    4. Turunan piperazin
    - Homoklorsiklizin
    - Hidroksizin HCl
    - Oksatomid

    5. Turunan fenotiazin
    - Prometazin HCl
    - Metdilazin HCl
    - Mekuitazin
    - Oksomemazin
    - Isotipendil HCl
    - Pizotifen hidrogen fumarat

    6. Turunan lain-lain
    - Siproheptadin HCl
    - Azatadin maleat

    Antagonis-H1 generasi kedua
    1. Terfenadin
    2. Akrivastin
    3. Astemizol
    4. Loratadin
    5. Setirizin

    ReplyDelete
  13. 1. Pusing
    Kantuk
    Perasaan lelah (kecapekan)
    Mulut kering
    Sakit tenggorokan
    Batuk
    Mual
    Sembelit
    Sakit kepala

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya saya setuju dengan kak yanti, namun yang paling sering terjadi adalah mengantuk

      Delete
  14. 2.
    Obat generasi ke-1: prometazin, oksomemazin, tripelennamin, (klor) feniramin, difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin (periactin), azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen (Zaditen), dan oksatomida (Tinset). Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergis

    Obat generasi ke-2: astemizol, terfenadin, dan fexofenadin, akrivastin (Semprex), setirizin, loratidin, levokabastin (Livocab) dan emedastin (Emadin). Zat- zat ini bersifat khasiat antihistamin hidrofil dan sukar mencapai CCS (Cairan Cerebrospinal), maka pada dosis terapeutis tidak bekerja sedative. Keuntungan lainnya adalah plasma t⅟2-nya yang lebih panjang, sehingga dosisnya cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek anti-alerginya selain berdasarkan, juga berkat dayanya menghambat sintesis mediator-radang, seperti prostaglandin, leukotrin dan kinin.

    ReplyDelete
  15. salah satu gejala overdois AH adalah Mengantuk

    ReplyDelete
  16. 6. salah satu contoh AH adalah ranitidin
    Penggunaan ranitidin dengan Vitamin B12 dapat mengakibatkan defisiensi vitamin B12 karena malabsorpsi vitamin B12.

    ReplyDelete
  17. Pertanyaan no.2

    Generasi I : etolamin (difenhidramin, klemastin, karbinoksamin, doksilamin, dan dimenhidrinat), etilendiamin (pirilamin, tripelenamin, antazolin, dan mepiramin), alkilamin (klorfeniramin dan bromfeniramin), piperazin (hidroksizin, siklizin, dan meklizin), dan fenotiazin (prometazin, mekuitazin, dan trimeprazin).
    Generasi II : alkilamin (akrivastin), piperazin (setirizin), piperidin (astemizol, levokabastin, loratadin, terfenadin, dan fleksofenadi) dan lainnya, yaitu siproheptadin.

    Daftar Pustaka
    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    ReplyDelete
  18. Jawaban nomor 1 yaitu,
    ama seperti obat-obat lain, antihistamin juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang mungkin umum terjadi setelah mengonsumsi obat antialergi ini adalah:

    Mengantuk
    Mulut kering atau disfagia
    Pusing
    Sakit kepala
    Nyeri perut
    Sulit buang air kecil
    Mudah marah
    Penglihatan kabur

    ReplyDelete
  19. Efek samping dari obat antihistamin yaitu

    Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.

    ReplyDelete
  20. Saya akan membantu menjawab pertanyaan No 1 ka Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.itu adalah efek samping yg sering terjadi namun yang paling bahaya dengan penglihatan kabur

    ReplyDelete
  21. saya mencoba menjawab nomor 1
    Beberapa efek samping yang mungkin umum terjadi setelah mengonsumsi obat antialergi ini adalah:
    1.Mengantuk.
    2.Mulut kering atau disfagia.
    3.Pusing.
    4.Sakit kepala.
    5.Nyeri perut.
    6.Sulit buang air kecil.
    7.Mudah marah.
    8.Penglihatan kabur.

    ReplyDelete
  22. no 2
    antihistamin generasi pertama antara lain clemastine, alimemazine, chlorphenamine, cyproheptadine, hydroxyzine, ketotifen dan promethazine.
    antihistamin generasi kedua antara lain fexofenadine, levocetirizine, loratadine, mizolastine acrivastine, cetirizine, dan desloratadine.

    ReplyDelete
  23. Pertanyaan no 1
    Efek samping dari antihistamin:
    Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.
    Dan efek samping yang paling utama adalah mengantuk sehingga tidak dianjurkan penggunaannya until orang yg sedang berkendara dan menjalankan alat berat

    ReplyDelete
  24. No 2: Contoh antagonis H2: ranitidin, cimetidin,famotidin,nizatidin.
    contoh antagonis H1 : tripelenamin HCl, antazolin HCl, difenhidramin HCl, dimenhidrinat, karbinoksamin maleat, klorfenoksamin HCl

    ReplyDelete
  25. Saya akan mnjwb perrnyaan nmr 1
    Beberapa efek samping yang mungkin umum terjadi setelah mengonsumsi obat antialergi ini adalah:
    Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.

    efek smping paling parah mnrt saya jika salah mnggunakan obat atau resisten sehingga mmbuat alergi mnjdi lebih menyebar

    ReplyDelete
  26. pertanyaan no 2
    obat generasi ke-1: prometazin, oksomemazin, tripelennamin, (klor) feniramin, difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin (periactin), azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen (Zaditen), dan oksatomida (Tinset).
    Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergis

    b.Obat generasi ke-2: astemizol, terfenadin, dan fexofenadin, akrivastin (Semprex), setirizin, loratidin, levokabastin (Livocab) dan emedastin (Emadin).

    ReplyDelete
  27. untuk jawaban nomor 7. sebaiknya pada ana dibawah 1 tahun tidak dianjurkan. 1-2 tahun 1 mg 2 kali sehari. 2-5 tahun 1 mg tiap 4-6 jam, maksimal 6 mg/hari; 6-12 tahun 2 mg tiap 4-6 jam, maksimal 12 mg/hari.

    ReplyDelete
  28. 6. Interaksi makanan/minuman dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat atau manfaat obat, baik melalui penghambatan penyerapannya atau dengan mempengaruhi metabolisme atau distribusi obat tersebut di dalam tubuh

    ReplyDelete
  29. saya akan menambahkan Reseptor H1
    Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
    Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial.

    Reseptor H2
    Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung
    Cara kerjanya adalah dengan mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.

    ReplyDelete
  30. Obat generasi ke-1: prometazin, oksomemazin, tripelennamin, (klor) feniramin, difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin (periactin), azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen (Zaditen), dan oksatomida (Tinset).
    Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergis

    b. Obat generasi ke-2: astemizol, terfenadin, dan fexofenadin, akrivastin (Semprex), setirizin, loratidin, levokabastin (Livocab) dan emedastin (Emadin). Zat- zat ini bersifat khasiat antihistamin hidrofil dan sukar mencapai CCS (Cairan Cerebrospinal), maka pada dosis terapeutis tidak bekerja sedative. Keuntungan lainnya adalah plasma t⅟2-nya yang lebih panjang, sehingga dosisnya cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek anti-alerginya selain berdasarkan, juga berkat dayanya menghambat sintesis mediator-radang, seperti prostaglandin, leukotrin dan kinin.

    ReplyDelete
  31. Antagonis-H1 generasi pertama
    1. Turunan eter aminoalkil
    - Difenhidramin HCI
    - Dimenhidrinat
    - Karbinoksamin maleat
    - Korfenoksamin HCl
    - Klemastin fumarat
    - Piprinhidrinat

    2. Turunan etilendiamin
    - Tripelenamin HCI,
    - Antazolin HCl
    - Mebhidrolin nafadisilat

    3. Turunan alkilamin
    - Feniramin maleat
    - Klorfeniramin maleat
    - Dimetinden maleat

    4. Turunan piperazin
    - Homoklorsiklizin
    - Hidroksizin HCl
    - Oksatomid

    5. Turunan fenotiazin
    - Prometazin HCl
    - Metdilazin HCl
    - Mekuitazin
    - Oksomemazin
    - Isotipendil HCl
    - Pizotifen hidrogen fumarat

    6. Turunan lain-lain
    - Siproheptadin HCl
    - Azatadin maleat

    Pertanyaan no 2
    Antagonis-H1 generasi kedua
    1. Terfenadin
    2. Akrivastin
    3. Astemizol
    4. Loratadin
    5. Setirizin

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Diazepam (Kegunaan dan efek samping)

Diazepam Diazepam adalah senyawa kristal yang tidak berwarna atau agak kekuningan yang sukar larut dalam air, tidak larut dalam air, mudah larut dalam kloroform P (Depkes RI, 1979). Merupakan obat penenang sistem saraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Diazepam termasuk obat kimia yang digolongkan sebagai antidepresan yang dapat menurunkan ansietas, bersifat sedatif dan hipnotik, antikonvulsan (Mycek et al, 2001). Diazepam termasuk dalam golongan psikotropika. Rumus struktur kimiawi diazepam adalah 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-venil-2H-1,4-benzoldiazepin-2on (Depkes RI, 1979). Obat Diazepam Nama Generik     Diazepam Nama Merek Dagang Valium, decazepam, diazepam, mentalium, prozepam injeksi, stesolid, trazep rectal, valdimex, validex, valisanbe, vodin. Jenis Obat Benzodiazepine Golongan Obat Obat Keras, Obat Resep Dikonsumsi Untuk Dewasa dan anak-anak Indikasi M...

ASAS PERANCANGAN OBAT

ASAS PERANCANGAN OBAT Perancangan obat adalah sebuah usaha yang diarahkan pada suatu target biologis, yang telah diketahui berperan penting dalam perkembangan penyakit atau dimulai dari suatu molekul dengan aktivitas biologi yang menarik.   Rancangan Obat adalah usaha untuk mengembangkan obat yang telah ada, yang sudah diketahui struktur molekul dan aktivitas biologisnya, atas dasar penalaran yang sistematik dan rasional, dengan mengurangi faktor coba-coba seminimal mungkin. Tujuan Perancangan Obat : Pada awalnya tujuan perancangan obat adalah mendapatkan obat baru dengan aktivitas yang lebih baik dengan biaya yang layak secara ekonomi, kemudian berkembang untuk mendapatkan obat dengan efek samping yang minimal (aman digunakan), bekerja lebih selektif, masa kerja yang lebih lama, dan meningkatkan kenyamanan pemakaian obat. Rancangan obat sering digambarkan sebagai proses elaborasi sistematik untuk mengembangkan lebih lanjut obat yang sudah ada, dengan tujuan mendapatka...