Skip to main content

Stres Oksidatif dan Antioksidan

Kita sering mendengar tentang stres yang bisa memicu berbagai macam penyakit. Stres berperan dalam banyak hal yang tentunya merugikan bagi tubuh kita. Selain stres, dalam dunia medis khususnya farmasi kita sangat sering mendengar senyawa dengan kandungan antioksidan. Bahkan didalam iklan yang sering ditayangkan di televisi juga sering terdengar promosi yang menyatakan bahwa obat-obat herbal tersebut memiliki kandungan antioksidan yang baik bagi tubuh. Pertama-tama kita akan membahas mengenai stres oskidatif. Apa itu stres oksidatif ?         Menurut wikipedia, stres oksidatif adalah keadaan di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya . Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan koval...

Analgetik



ANALGETIK


Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2007).

Defenisi Nyeri 

Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering.Walaupun sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk bebas darinya. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri,tetapi ternyata terdapat juga organ yang tak mempunyai reseptor nyeri, seperti misalnya otak. Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri)dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri (Mutschler,1999).

Hasil gambar untuk gambar nyeri
 
Mediator nyeri adalah amin histamine yang bertanggung jawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri. Bradikinin adalah polipeptida (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma. Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat. Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung-saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema. Berhubung kerjanya serta inaktivasinya pesat dan bersifat local, maka juga dinamakan hormon lokal. Mungkin sekali zat-zat ini juga bekerja sebagai mediator demam (Collins, 2000).     Mekanisme Kerja Nyeri
Mekanisme kerja nyeri yaitu perangsangan baik mekanik, kimiawi, panas maupun listrik akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sel sehingga sel-sel tersebut melepaskan suatu  zat yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri ini juga disebut zat autakoid yaitu Histamin, Serotonin, Plasmakinin, Prostaglandin (asam lemak) dan ion kalium. Prostaglandin dan brakinin menimbulkan vasodilatasi dan memperbesar permiabilitas kapiler sehingga mudah dilewati senyawa cairan tubuh sehingga timbul radang atau udema. Selain udema senyawa ini merupakan mediator demam ( panas ).
Penggolongan Narkotika :
1.  Analgetik narkotik

Analgetik ini mempunyai efek analgetik yang kuat sekali dengan titik kerja terletak pada ssp. Efeknya antara lain dapat mempengaruhi kesadaran dengan efek samping berupa timbulnya rasa nyama, toleransi, hibituasi,ketergantungan fisik dan psikis dan gejala abstinenstia bila obat dihentikan.

Mekanisme kerja analgetik narkotika ini mulai diketahui sekitar tahun 1975. Setelah diketahui bahwa pada otak binatang percobaan dikemukakan senyawa peptide yaitu enikofein, endorphin, dan diodorfin yang diduga sebagai neurotransmitter seperti halnya asetilkolin dan adrenalin dalam SSP (Tim Dosen, 2013). 
MORFIN 

Morfin digunakan untuk mengurangi nyeri dan sebagai cara penyembuhan dari ketagihan alkohol dan opium. Meskipun morfin dapat dibuat secara sintetik, tetapi secara komersial lebih mudah dan menguntungkan, yang dibuat dari bahan getah papaver somniferum. Morfin paling mudah larut dalam air dibandingkan golongan opioid lain dan kerja analgesinya cukup panjang Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni tidak begitu mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan dan pendengaran ; bahakan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dosis terapi.
Efek analgesik morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis reseptor κ-opioid yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis.
Farmakodinamik 
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH).
Farmakokinetik 
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga dapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi janin. Ekskresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat.
Indikasi
Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai ; (1) Infark miokard ; (2) Neoplasma ; (3) Kolik renal atau kolik empedu ; (4) Oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner ; (5) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan ; (6) Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.

2.  Analgetik non narkotik dan antiinflamasi
           Pada pengobatan nyeri dengan anti radang, factor-faktor psikis turut memegang peranan seperti yang sudah diuraikan diatas. Misalnya kesabaran individu dan daya menekan nyerinya. Analgetik perifer (Non narkotik) yang terdiri dari obat-obatan yang tidak bekerja sentral. Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer seperti paracetamol, asetosal, mefenamat, profifenazone begitupula dengan rasa nyeri dengan demam. Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein atau kodein nyeri yang hebat perlu ditanggulangi dengan morfin atao obat lainnya (Tjay, dan Rahardja, 2007).
Reseptor yang bekerja pada analgetik ialah reseptor PGE2, reseptor ini bekerja menekan fungsi saraf pusat. Pada reseptor PGE2 dia menerima partikel-partikel obat yang disalurkan lewat darah, kemudian reseptor PGE2 bekerja menghambat atau menghilangkan rasa nyeri. Reseptor  PGE2 belum  bisa bekerja jikalau partikel-partikel obat yang masuk dalam reserptor PGE2 membutuhkan waktu paruh yang agak sedikit lama sehingga PGE2 dapat memberikan efek yang baik. 
Mekanisme Kerja Analgetik
1. Mekanisme kerja analgetik opioid
        Utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya. Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang oleh fenotiazin, penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik. Mekanisme supreaditif ini tidak diketahui dengan tepat mungkin menyangkut perubahan dalam kecepatan biotransformasi opioid yang berperan dalam kerja opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi napas akibat morfin akan diperberat oleh fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin.
2.      Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Narkotik
Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin (parasetamol).
Sumber Referensi :
  1. Collins, S.L, et.al. 2000. Antidepressants and  Anticonvulsants. PharmWkbl.  
  2. http://dianhusadanuraini767.blogspot.co.id/p/cara-kerjakhasiat-obat-analgetik_5.html?m=1
  3. Mutschler, E. 1999. Dinamika Obat. Bandung : ITB
  4. Tamsuri A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
  5. Tjay dan K .Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting . Jakarta; PT Elex Media Komputindo. 
Pertanyaan :
  1. Apa yang dimaksud dengan mediator nyeri, bronchokonstriksi, pengembangan mukosa dan pruritus ?
  2. Kapankah waktu yang tepat untuk penggunaan analgetik opioid/narkotik dan analgetik non narkotik ?
  3. Apakah boleh obat analgetik narkotik dan nonnarkotik dikombinasikan penggunaannya ? Jika iya, apa alasannya ?  Dan apakah nantinya akan memberikan efek samping bagi penggunanya ?
  4. Bagaimanakah cara menurunkan resiko dari efek samping penggunaan obat analgetik tersebut ?
  5. Struktur atau gugus apakah yang berperan terhadap daya analgetik ?
  6. Apa saja contoh analgetik yang aman dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui ?
  7. Bagaimanakah hubungan struktur-aktivitas obat-obat analgetik ? 
  8. Apakah perbedaan mendasar dari mekanisme kerja analgetik narkotik dan nonnarkotik ?

Comments

  1. saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2.
    analgetik opioid diberikan pada nyeri berat yang tidak dapat diobati dengan analgetik non opioid yaitu nyeri akibat trombosis koroner, neoplasma, kolik renal atau kolik empedu, oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmoner atau koroner, perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan, trauma misal luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.
    sedangkan analgetik non opioid diberikan pada saat nyeri ringan-sedang.misalnya sakit gigi.

    ReplyDelete
  2. chindi, obat analgetik biasanya dikonsumsi setelah makan dan apabila nyeri terjadi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih cindra untuk pendapatnya

      Delete
    2. apa yang menjadi dasar ci ? apakah terkait dengan absorbsi yang dipercepat dengan adanya makanan ?

      Delete
    3. menurut pendapat tania soy, karena efek samping dari analgetik ini meningkatkan asam lambung sehingga penggunaannya lebih dianjurkan setelah makan untuk mengurangi peningkatan sekresi asam lambung.

      Delete
  3. Terimakasih cindi sudah memberi pengetahuan tentang analgesik. Disini saya akan menambahkan artikel diatas, dari sumber yang saya baca

    Analgesik opioid digunakan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat, terutama yang pada bagian viseral. Penggunaan berulang dapat mengakibatkan ketergantungan dan toleransi, tapi ini bukan alasan tidak digunakannya dalam mengatasi nyeri pada penyakit terminal. Penggunaan opioid kuat mungkin sesuai untuk beberapa kasus nyeri kronis non-keganasan; pengobatan sebaiknya diawasi oleh dokter spesialis dan kondisi pasien sebaiknya dikaji setiap interval tertentu

    EFEK SAMPING. Berbagai analgesik opioid memiliki banyak efek samping yang sama walaupun ada perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Yang paling sering, diantaranya mual, muntah, konstipasi, dan rasa mengantuk. Dosis yang lebih besar menimbulkan depresi napas dan hipotensi. Overdosis, lihat Perawatan Darurat pada Keracunan.

    INTERAKSI. Lampiran 1 (analgesik opioid) (penting: bahaya khusus pada interaksi dengan petidin dan mungkin juga opioid lain, dan dengan MAOI).

    MENGEMUDI. Rasa mengantuk dapat mempengaruhi kemampuan kerja seseorang (misalnya mengemudi); efek alkohol diperkuat.

    PILIHAN. Morfin tetap merupakan analgesik opioid pilihan untuk nyeri berat walaupun sering mengakibatkan mual dan muntah. Morfin merupakan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgesik opioid lain. Namun selain menghilangkan nyeri, morfin juga menimbulkan keadaan euforia dan gangguan mental.

    ReplyDelete
  4. saya akan coba menjawab pertanyaan no 6
    obat analgetik yang aman dikonsumsi oleh ibu menyusui adalah ibuprofen dan asam mefenamat jika diminum sesuai dengan dosis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saa setuju dengan jawaban laras obat analgetik yang aman dikomsumsi oleh ibu hamil itu adalah ibuprofen, asam mefenamat dan paracetamol, sebaiknya penggunaan obat-obat ini harus di pantau dan dilakukan konsultasi dengan dokter

      Delete
  5. Dari yg sdh dipelajari, dari suatu molekul obat cincin aromatik lah yg memiliki aktivitas sbg analgetik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sindy untuk jawabannya. Jika seperti itu berarti semua analgetik hanya cincin aromatikkah yang berperan atau bagaimana ?

      Delete
    2. selain cincin aromatik gugus feno, gugus oh, dan gugus nitrogen juga memiliki aktifitas

      Delete
  6. Baiklah kak, saya akan coba menjawab pertanyaan no. 5 struktur atau gugus yang terlibat terhadap daya analgetik yaitu gugus N-tersier karena berikatan denga reseptor, cincin piperidin, gugus hidroksi alkohol, gugus hidroksi fenol dan cincin aromatik.
    Mohon diperbaiki jika salah kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih nurul. Dari pendapat teman kita sebelumnya dikatakan kalau cincin aromatik yang berperan dalam daya analgetik. Dan dari pendapat nurul ada gugus N-tersier, cincin piperidin, gugus hidroksi alkohol dan cincin aromatik. Dari dua pendapat ini terlihat cukup berbeda. Apa nurul bisa menambahkan beberapa sumber sebagai pedoman untuk memperkuat pendapat nurul tersebut, kalau ada bisa tolong ditambahkan untuk dapat dijadikan referensi bagi saya. Terimakasih nurul

      Delete
  7. nmr 1
    mediator nyeri adalah histamin dan serotonin

    Pemicu mengakibatkan terganggunya saluran pernafasan dan mengakibatkan penyempitan dari saluran pernafasan (bronkokonstriksi).

    Pruritus adalah rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang. Gatal dapat disertai dengan ruam. Gatal dapat terjadi singkat namun dapat pula berat hingga sangat mengganggu penderitanya. Gatal pada sebagian tubuh umumnya hanya muncul di area tertentu, seperti tangan atau kaki.

    ReplyDelete
    Replies
    1. selain itu mediatoe nyeri lain yaitu prostaglandin hehe

      Delete
  8. nmr 3
    jika analgetik narkotika sdh mmberikan dmpak yg baik knp hrs di kombinasikan

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepertinya dikombinasikan jika efektivitas salah satu obat lama tercapai,

      Delete
  9. nmr 4
    mnrt saya mengurangi dampak obat trsebut yaitu dgn istirajat yg ckup dan pola makan yg sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. menurut saya analgetik digunakan hanya pada saat terasa nyeri dan obat dapat dihentikan jika nyeri timbul sehingga efek saping dari obat biasanya tidak selalu ada atau dapat dirasakan langsung saat pertama kali obat diminum , efek samping akan timbul jika obat sering dikonsumsi tapi beberapa orang yang sedikit sensitif efek sampingnya bisa dirasakan setelah meminum obat. untuk efek samping yang ringan seperti pusing mual itu dapat dikurangi dengan perbanyak istirahat untuk efek samping pemakaian obat analgetik yang dalam jangka waktu panjang biasanya obatnya akan di kombinasikan dengan obat lain untuk mengurangi efek sampingnya

      Delete
  10. 1. Mediator- mediator nyeri yang terpenting adalah : histamin, serotonin, plasmakinin-plasmakinin (antara lain bradikinin ) dan prostaglandin, dan ion-ion kalium. hehehe

    ReplyDelete
  11. 2. analgetik narkotik digunakan pada saat nyeri sedang hingga berat
    analgetik non narkotk digunakan pada saat nyeri sedang hingga ringan

    ReplyDelete
  12. 4. untuk menurunkan efek samping dapat dilakukan penurunan dosis atau diganti dengan dengan obat yang lain yang lebih endah efek samping..

    ReplyDelete
  13. 8.
    analgetik narkotik
    Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar (Mutschler, E. 1999).

    analgetik non narkotik
    Mekanisme Kerja
    1. Analgesik. Analgetika non narkotik menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase, sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti baradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion-ion hidrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo, 2008).
    2. Antipiretik. Analgetika non narkotik menimbulkan kerja antipiretik dengan meningkatkan eliminasi panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi buluh darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat (Siswandono dan Soekardjo, 2008).
    3. Antiradang. Analgetika non narkotik menimbulkan efek antiradang dengan menghambat biosintesis dan pengeluaran prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase sehingga menurunkan gejala peradangan (Siswandono dan Soekardjo, 2008).

    ReplyDelete
  14. assalamualaikum saya akan menambahkan jawaban no 6 S mengkonsusmsi obat analgetik pada trimester pertama sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan tanpa konsultasi dokter. gejala seperti mual pusing dan muntah biasanya akan hilang dengan sendirinya ketika masuk trimester kedua dan ketiga, dosis yang tidak tepat dalam penggunaan obat bisa saja membunuh janin terutama pada usia kehamilan yang masih sangat muda dimana Zat kimia pada inilah yang ketika dikonsumsi oleh ibu hamil, akan masuk ke plasenta dan mempengaruhi metabolisme sang Ibu. Ketika zat kimia tersebut masuk ke plasenta, maka akan mempengaruhi perkembangan embrio didalamnya

    ReplyDelete
  15. Jawaban nomor 8 adalah :
    1. Analgetika non narkotik menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase, sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamine, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion-ion hidrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.
    2. Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia).

    ReplyDelete
  16. Obat analgetik yg aman bagi ibu hamil dan menyusui adalah ibuprofen dan asam mefenamat

    ReplyDelete
  17. Mediator- mediator nyeri yang terpenting adalah : histamin, serotonin, plasmakinin-plasmakinin (antara lain bradikinin ) dan prostaglandin, dan ion-ion kalium.

    ReplyDelete
  18. Salah satu obat analgetik yang aman dikonsumsi ibu hamil dan menyusui yaitu paracetamol murni

    ReplyDelete
  19. saya akan menambahkan Sebuah studi yang telah dilakukan dan diterbitkan pada tahun 2011 oleh Canadian Medical Association Journal mengatakan bahwa wanita yang mengkonsumsi obat jenis dan dosis nonaspirin Anti-Inflamasi nonsteroid di awal kehamilannya memiliki risiko 2,4 kali lebih besar mengalami keguguran

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Diazepam (Kegunaan dan efek samping)

Diazepam Diazepam adalah senyawa kristal yang tidak berwarna atau agak kekuningan yang sukar larut dalam air, tidak larut dalam air, mudah larut dalam kloroform P (Depkes RI, 1979). Merupakan obat penenang sistem saraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Diazepam termasuk obat kimia yang digolongkan sebagai antidepresan yang dapat menurunkan ansietas, bersifat sedatif dan hipnotik, antikonvulsan (Mycek et al, 2001). Diazepam termasuk dalam golongan psikotropika. Rumus struktur kimiawi diazepam adalah 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-venil-2H-1,4-benzoldiazepin-2on (Depkes RI, 1979). Obat Diazepam Nama Generik     Diazepam Nama Merek Dagang Valium, decazepam, diazepam, mentalium, prozepam injeksi, stesolid, trazep rectal, valdimex, validex, valisanbe, vodin. Jenis Obat Benzodiazepine Golongan Obat Obat Keras, Obat Resep Dikonsumsi Untuk Dewasa dan anak-anak Indikasi M...

Antihistamin

Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1. Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh. Berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin, antihistamin dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Antagonis Reseptor Histamin H1 Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.   2. Antagonis Resepto...

ASAS PERANCANGAN OBAT

ASAS PERANCANGAN OBAT Perancangan obat adalah sebuah usaha yang diarahkan pada suatu target biologis, yang telah diketahui berperan penting dalam perkembangan penyakit atau dimulai dari suatu molekul dengan aktivitas biologi yang menarik.   Rancangan Obat adalah usaha untuk mengembangkan obat yang telah ada, yang sudah diketahui struktur molekul dan aktivitas biologisnya, atas dasar penalaran yang sistematik dan rasional, dengan mengurangi faktor coba-coba seminimal mungkin. Tujuan Perancangan Obat : Pada awalnya tujuan perancangan obat adalah mendapatkan obat baru dengan aktivitas yang lebih baik dengan biaya yang layak secara ekonomi, kemudian berkembang untuk mendapatkan obat dengan efek samping yang minimal (aman digunakan), bekerja lebih selektif, masa kerja yang lebih lama, dan meningkatkan kenyamanan pemakaian obat. Rancangan obat sering digambarkan sebagai proses elaborasi sistematik untuk mengembangkan lebih lanjut obat yang sudah ada, dengan tujuan mendapatka...